Laporan
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Tujuan
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Disusun
oleh
ROHIL AL AZIZAH
1606101040010
Dosen
pembimbing
Drs.. Thamrin K, M.Si.
195406141981031008
(Unit
02)

JURUSAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
2018
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa, karena berkat rahmad dan
karuniaNya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan laporan
praktikum Ilmu Ukur Tanah dengan tepat
waktu.
Penyusunan
laporan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir di
Universitas syiah kuala Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penyusunan
laporan ini dapat terlaksana dengan baik.Walaupun di dalam penyusunan nya
terdapat banyak suka duka yang telah dilewati, tetapi berkat bantuan
dari berbagai pihak laporan ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu.Untuk itu pada kesempatan ini mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak
Drs.. Thamrin K,
M.Si.selaku dosen pembimbing dan semua asisten
laboratorium yang telah banyak memberikan masukan ilmu dan berbagai
kritikan yang telah banyak memotivasi kami untuk menjadi lebih baik lagi dan
tidak lupa pula teman teman sekalian yang telah banyak membantu memberikan
semangat untuk segera menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Semoga laporan praktikum kartografi ini dapat memberikan Banyak
manfaat bagi orang lain dan dapat pula menjadi referensi
sumber ilmu.Tetapi seperti yang kita ketahui tidak ada yang sempurna masih
banyak kekurangan didalam laporan yang telah saya susun, oleh karena itu
penulis berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk
makalah ini.Akhir kata saya mengucapkan terimakasih.
Banda Aceh, 9 April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.
Latar Belakang 1
1.2.
Tujuan dan Manfaat Praktikum 1
1.3.
Jadwal Praktikum 2
BAB II LANDASAN TEORI 3
2.1. Pengertian
Ilmu Ukur Tanah 3
2.2. Sejarah
Pengukuran Ilmu Ukur Tanah 6
2.3. Peralatan
yang digunakan dalam pengukuran Ilmu Ukur Tanah 7
2.4. Prosedur
Kerja 8
BAB III PEMBAHASAN 13
3.1.
Hasil Pengukuran 13
3.2.
Hasil Perhitungan 15
BAB IV PENUTUP 17
4.1. Kesimpulan 17
4.2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Dokumentasi alat perlengkapan
Lampiran
2 Kegiatan praktikum dilapangan
Lampiran
3 Lembar pengukuran poliglon tertutup
Lampiran
4 Lembar pengukuran poliglon terbuka
Lampiran
5 Gambar poliglon hasil pengukuran
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pengukuran tanah dikaji
dalam displin Ilmu Ukur Tanah dari cabang geodesi khusus mempelajari sebagian
kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukur untuk menghasilkan
peta. Salah satu penyebab pengukuran tanah diterapkan adalah dikarenakan pada
zaman dahulu disungai nil batas lahan
penduduk yang ada dibagian hilir sungai selalu hilang apabila terjadi banjir,
ini mengakibatkan terjadi perselisihan antar penduduk. Oleh karena itu
pengukuran terhadap lahan tanah mulai dilakukan dengan menggunkan alat
sederhana seperti tombak.
Sedangkan pada zaman
sekarang pengukuran tanah terus berkembang jika dahulu pengukuran tanah
menggunakan alat berupa tombak, pada zaman sekarang pengukuran digunakan oleh
berbagai alat canggih misalnya theodolit, waterpass dan lain nya. Penggunaan
theodolit tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, orang yang bisa
mengoperasikan theodolit harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus agar data
yang dihasilkan dapat digunakan dan dipercaya. Bidang kajian dari Ilmu Ukur
Tanah ini diarahkan pada teknik pengukuran kedudukan titik-titik koordinat dari
gambaran fisik yang terdapat dipermukaan bumi.
Pada praktikum Ilmu
Ukur Tanah ini para mahasiswa diajarkan tentang proses pengukuran tanah dengan
menggunakan theodolit. Oleh karena itu pada laporan hasil praktikum akan
dijabarkan secara mendetail tentang sejarah pengukuran tanah, alat-alat yang
digunakan dalam pengukuran tanah, dan
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran tanah.
1.2.
Tujuan
dan Manfaat Praktikum
1.2.1.
Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini yaitu
sebagai berikut :
1. Memetakan
hasil pengukuran dari bentuk poliglon terbukan dan poliglon tertutup.
2. Mengetahui
luas lahan yang diukur.
3. Mengetahui
keliling lahan yang dukur.
4. Pengukuran
jarak dan sudut pada poliglon terbuka.
5. Pengukuran
jarak dan sudut pada poliglon tertutup.
1.2.2.
Manfaat
Praktikum
Adapun manfaat praktikum ini yaitu
sebagai berikut :
1. Agar
mahasiswa dapat mengetahui tingkat keakuratan pengukuran tanah dengan
menggunakan theodolit dan meteran dari segi jarak.
2. Agar
mahasiswa dapat menentukan luas suatu lahan dengan menggunnakan poliglon
tertutup dan poliglon terbuka.
3. Agar
mahasiswa mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran
berlangsung.
4. Agar
mahasiswa dapat mengetahui luas dan keliling dari poliglon tertutup.
5. Agar
mahasiswa dapat mengetahui keliling dari poliglon terbuka.
6. Dengan
dilakukan nya praktiikum diharapkan mahasiswa dapat mengoperasikan alat secara
mandiri untuk pengukuran tanah.
1.3.
Jadwal Praktikum
1.
Hari / tanggal : Selasa,
2.
Pukul :
14.00 – 17.30 WIB
3.
Lokasi :
Halaman Taman Mesjid Jami’ Kampus
Unsyiah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Pengertian
Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur
tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari sebagian kecil
dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran-pengukuran guna
mendapatkan peta. Pengukuran yang di lakukan terhadap titik- titik detail alam
maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi vertikal
nya (z) yang diferensikan terhadap permukaan air laut rata-rata. Agar
titik-titik di permukaan bumi yang tidak teratur bentuknya dapat di pindahkan
ke atas bidang datar maka di perlukan bidang perantara antara lain : bidang
Ellipsoid, bidang bultan dan bidang datar (untuk luas wilayah 55 km). Pengukuruan tanah dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi
semua metoda untuk menghimpun dan melalukan proses informasi dan data tentang
bumi dan lingkungan fisis. Dengan perkembangan teknologi saat ini metoda
terestris konvensional telah dilengkapi dengan metoda pemetaan udara dan
satelit yang berkembang melalui program-program pertanahan dan ruang angkasa.
Orang yang bertugas melakukan pengukuran tanah disebut dengan surveyor. Adapun
tugas surveyor adalah sebagai berikut :
1.
Analisa penelitian
dan pengambilan keputusan. Pemilihan metoda pengkuran, peralatan, pengikatan
titik-titik sudut dsb.
2.
Pekerjaan lapangan
atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengkuran dan pencatatan data di
lapangan.
3. Menghitung atau pemrosesan data, yakni hitungan berdasrkan data
yang dicatat untuk menentukan letak, luas dan volume.
4. Pemetaan atau penyajian data. Menggambarkan hasil ukuran dan
perhitungan untuk menghasilkan peta, gambar rencana tanah dan peta laut,
menggambarkan dat dalam bentuk numeris atau hasil komputer.
5. Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan
batas-batas pedoman dalam pekerjaan konstruksi.
Pengkuran tanah
sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama oleh karena hasil-haslnya dipakai
untuk :
1.
Memetakan bumi
(daratan dan perairan).
2.
Menyiapkan peta
navigasi perhubungan darat, laut dan udara.
3.
Memetakan batas-batas pemilikan tanah baik
perorangan maupun perusahaan dan tanah negara.
4.
Merupakan bank data
yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber daya alam untuk pengelolaan
lingkungan hidup.
5.
Menentukan fakta
tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnit bumi.
6.
Mempersiapkan peta
bulan , planet dan benda angkasa lainnya.
2.2.
Poligon
Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis lurus
sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik atau
poligon. Pada pekerjaan pembuatan peta, rangkaian titik poligon digunakan
sebagai kerangka peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang telah tertentu
letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua benda buatan
manusia seperti jembatan, jalan raya, gedung maupun benda-benda alam seperti
danau, bukit, dan sungai akan diorientasikan. Kedudukan benda pada pekerjaan
pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koodinat kartesius tegak lurus (X,Y)
di bidang datar (peta), dengan sumbu X menyatakan arah timur – barat dan sumbu
Y menyatakan arah utara – selatan. Koordinat titik-titik poligon harus
cukup teliti mengingat ketelitian letak dan ukuran benda-benda yang akan
dipetakan sangat tergantung pada ketelitian dari kerangka peta.Untuk memudahkan
dalam memahami sudut-sudut yang ada dalam pengukuran poligon, maka perlu dijelaskan
hal-hal sebagai berikut :
1.
Sudut dalam adalah selisih antara dua
arah (jurusan) yang berlainan.
2.
Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang
dihitung terhadap arah utara magnetis, dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y
pada peta.
2.2.1. Poliglon Tertutup
Gambar 2.1 Poligon tertutup
Poligon tertutup adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya
mempunyai posisi yang sama atau berhimpit, sehingga poligon ini adalah suatu
rangkaian tertutup. Berdasarkan fungsinya, poligon dibedakan menjadi ;
1.
Poligon untuk keperluan kerangka peta,
syaratnya harus memiliki titik–titik yang cukup baik, dalam arti menjangkau
semua wilayah.
2.
Poligon yang berfungsi sebagai
titik-titik pertolongan untuk mengambil detail lapangan.
Jenis-jenis poligon tertutup menurut titik ikat nya
yaitu :
1.
Poligon tertutup terikat sempurna
2.
Poligon tertutup tidak terikat sempurna
3.
Poligon tertutup tanpa ikatan sama
sekali
Keuntungan dari poligon tertutup yaitu, walaupun
tidak ada ikatan sama sekali, namun koreksi sudut dapat dicari dengan adanya
sifat poligon tertutup yang jumlah sudut dalamnya sama dengan (n-2) 1000.
Selain itu, terdapat pula koreksi koordinat dengan adanya konsekuensi logis
dari bentuk geometrisnya bahwa jumlah selisih absis dan jumlah selisih koordinat
sama dengan nol. Kelemahan
poligon tertutup yaitu, bila ada kesalahan yang proporsional dengan jarak
(salah satu salah sistematis) tidak akan ketahuan. Dengan kata lain, walaupun
ada kesalahan, namun poligon tertutup kelihatan baik juga. Jarak-jarak yang
diukur secara elektronis sangat mudah dihinggapi kesalahan seperti kesalahan
frekuensi gelombang.
2.2.2. Poliglon Terbuka
Gambar
2.2 Poligon terbuka
Poligon terbuka adalah suatu poligon dimana titik awal dan titik akhirnya
berbeda. Jenis-jenis poligon terbuka menurut titik ikat nya adalah :
1.
Poligon terbuka terikat sempurna
2.
Poligon terbuka tidak terikat sempurna
3.
Poligon terbuka tidak terikat
2.1.1.
Klasifikasi
Ilmu Ukur Tanah
Pengukuran dalam Ilmu Ukur Tanah
dapat dibedakn menjadi 2 yaitu :
1. Geodetic
surveying
Suatu pengukuran untuk menggambarkan
permukaan bumi pada bidang lengkung.
2. Plane
surveying
Ilmu atau seni menyajikan bentuk
permukaan bumi dalam bidang datar. Plane surveying dibatasi oleh daerah yang
sempit sekitar 35- 55 km.
2.3.
Sejarah
pengukuran Ilmu Ukur Tanah
Sejarah panjang tentang
pengukuran muka bumi tela bermula sejak zaman Yunani kuno dimana sejarah
mencatat, Eratotenes (276-195 SM ) adalah orang pertama yang mencoba
menghitunng dimensi keliling bumi yaitu sebesar 46.250.000 meter dan ketelitian
hasil yang peroleh mencapai 84 % dari menghitung panjang keliling bumi dengan
memperoleh hasil 44.400.000 meter. Selanjutnya astronom bangsa arab juga telah
coba melakukan pengukuran yang sama dan perhitungan secara astronomis geodesi
melalui pengukuran yang sama dan perhtungan secara astronomis geodesi melalui
pengukuran panjang busur untuk sudut 10
dimeridian, diperoleh panjang keliling bumi sebesar 41.436.000 meter dan hasil
ini semakin mendekati hasil perhitungan masa kini.
Peradaban bangsa Yunani
dan Romawi selama berabad-abad dilestarikan bangsa Arab dalam bidang geometri
praktis. Pemikiran praktis ini ditandai dengan penciptaan alat-alat ukur teliti
dengan bantuan teknologi sederhana dan baru pada abad ke 13 dan 14, terdapat
penulis diantaranya Von Viso yang menu yang membuat penlis Buku Praktica
Geometri (ilmu ukur tanah) dan Liber Quadratorum (pembagian kuadran) yang
membuat pengetahuan Ilmu Ukur tanah berkembang.
Abad ke 18 dan 19 seni
pengukuran tanah semakin maju dikarenakan adanya kebutuhan terhadap peta-peta
yang makin mendesak, sehingga Inggris dan Perancis mengembangkan pengukuran
geodesi dengan triangulasi teliti dan
Amerika Serikat melaksanakan pengukuran hidrografi serta menetapkan
titik-titik kontrol nasioanl. Setelah masa perang dunia I dan II usai, pengukuran tanah berkembang lebih aju
lagi sejlan dengan perkembangan teknologi
baik dalam hal pengumpulan data maupun dalam teknik pengolahan data.
2.4.
Peralatan
yang digunakan dalam pengukuran Ilmu Ukur Tanah
Alat-alat yang
digunakan didalam proses pengukuran tanah sangat beragam salah satunya yaitu :
1.
Theodolit
Adalah alat ukur yang digunakan dalam penerapan Ilmu
Ukur tanah.theodoli biasanya digunakan untuk menentukan besar sudut, arah dan
perbedaan tinggi antara tempat-tempat dipermukaan bumi melalui pembacaan sudut
vertikal yang tingkat ketelitian mencapai hingga satuan detik. Theodolit
merupakan alat yang dianggap canggih diantar peralatan sejenis yang digunakan
dalam kegiatan survei dan pemetaan.dengan perlengkapan teropong pada theodolit,
maka alat ini dapat dibidikan pada rangkaian titik-titik pengamatan pada semua
arah secara leluasa, meskipun letak titik-titik berjauhan. Persyaratan penting
yang harus dipenuhi ketika menggunakan theodollite manual ataupun digital
sebagai alat ukur yang teliti dan benar adalah penyetelan posisi awal yang
tepat yaitu kedudukan pada pemasangan alat harus dipastikan sumbu tegak harus
benar-benar vertikal dan sumbu mendatar harus benar-benar horizontal.
2.
Waterpass
Merupakan alat ukur yang banyak digunakan dalam
penerapan Ilmu Ukur tanah. Waterpass digunakan untuk mengukur beda tinggi dari
sejumlah rangkaian titik-titik pengukuran yang saling berhubungan.
3.
Kompas
Adalah sejenis alat navigasi yang digunakan sebagai
penunjuk arah melalui sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan
dirinya dengan medan magnet bumi. Komponen utama sebuah kompas adalah lingkaran
berskala dan jarum panah sebagai penunjuk arah yang pada ujung jarum dibuat
dari besi bermagnit, dan ditengah-tengah nya terpasang sumbu yang memungkin kan
jarum magnit seimbang dan dapat berputas bebas dalam bidang horizontal.
4.
Kaki tiga (tripod)
Alat ini mempunyai tiga buah kaki, terbuat dari yang
dilengkapi dengan sekrup pengatur keinggian. Disamping berfungsi sebagai tempat
pemasangan theodolit juga berfungsi mengatur kesetimbangan vertikal dan
hrizontal meskipun diletakkan pada suatu landasan yang miring
5.
Nivo tabung
Merupakan perelngkapan penting pada setiap alat
penyipat datar, yaitu tabung kaca yang sedikit melengkung. Berisi ether atau
alkohol dengan gelembung udara didalam nya.
6.
Prisma poligon dan prisma detail
Adalah alat yang berguna sebagi rambu-rambu ukur
dilapangan. Pada theodolit laser, alat ini berfungsi sebagai alat pemantul
gelombang yang dipancarkan, yang oleh prisma poligon dan prisma detail
gelombang ini dipantulkan kembali pada sistem pesawat penerima theodolit.
Pembacaan jarak antara dua titik uurr dapat diperoleh secara otomatis.
7.
Pita ukur
Untuk pengukuran jarak dan beda tinggi secara
langsung digunakan pita ukur, baik yang terbuat dari plastik maupun yang
terbuat dari plat baja. Pita ukur plastik ini biasanya mempunyai lebar 2 cm,
panjang 50 m dengan kenampakan skala bolak-balik, sedangkan pita ukur plat baja
lebarnya lebih kecil dari pita plastik dan panjang nya 5 m.
8.
Payung
Payung berguna untuk melindungi alat ukur dari sinar
matahri secara langsung karena cahaya matahari langsung dapat menyebabkan Nivo
tabung pada theodolite pecah. Kerusakan seperti ini dapat mengubah spesifikasi
keteletian alat, disamping perlunya melindungi perangkat alat ukur dari terkena
air hujan.
9.
Unting- unting
Terbuat dari bahan besi atau kuningan dan digunakan
sebagai alat pemandu penyesuain sudut prisma sehingga dapat memproyeksikan
titik yang berada dibawahnya berupa pita ukur dipermukaan tanah atau
sebaliknya. Alat ini mempunyai ukuran panjng 5 cm, diamter 1,5 cm dan salah
stau ujungnya dibuat runcing sedang ujung yang lain tumpul. Unting-unting
sangat berguna untuk tetap dapat memenuhi persyaratan ukur ketika tempat
pengukuran harus berpndah-pindah dari suatu titik ke titik ukur lain nya.
2.5.
Prosedur
kerja
2.5.1. Centering Ketimbangan Vertikal dan Horizontal
Sebelum
melakukan pengukuran kita harus melakukan set up terlebih dahulu, dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Dirikan alat theodolit di titik STN ( titik tempat
berdiri alat theodolit) dan lakukan pengaturan keseimbangan sumbu vertikal dan
horizontal dengan cara mengatur gelembung udara nivo kotak dan nivo tabung
berada di tengah-tengah hingga mencapai keadaan setimbang. Pengaturan ini dapat
juga diperoleh dengan menggantung unting-unting pada penyangkut tripod (kaki
tiga) kemudian amati kenampakannya dengan tepat lewat teropong pengatur sumbu
vertikal yang ada pada theodolit.
2.
Dirikan prisma poligon masing-masing pada titik 1 (
untuk backsight = BS) dan titik 3 (untuk foresight= FS), kemudian lakukan
centering yaitu pengaturan keseimbangan vertikal dan horizontal sebagaimana
pengaturan keseimbangan alat theodolit pada kedudukan STN.
3.
Pastikan bahwa pendirian alat Theodolit dititk STN
dititik 2, prisma poligon BS dititk 1 dan prisma poligon PS dititik 3 sudah
benar-benar tegak dan setimbang. Pendirian posisi vertikal pada BS dan FS harus
dilakukan dengan bantuan pengantung unting-unting karna tidak dilengkapi dengan
alat nivo. Setalah persaratan kesetimbangan dipenuhi maka Theodolit total
station DTM 322, sudah siap digunakan untuk melakukan pengukuran.
2.5.2. Setting Instrumen
Ada beberapa
setting instrumen yang perlu dilakukan pada waktu kita akan melakukan
pengukuran :
1.
Setting Job
Setting ini dilakukan untuk pengaturan
seperti : skala faktor, temperatur dan pressure, sudut, jarak dan sebagainya.
Setelah kita buat job, akan ada pilihan untuk masuk ke menu sett.
2.
Setting Measurements
Setting ini digunakan untuk
melakukan pengaturan seperti : target, konstanta prisma dan lain-lain. Dengan
adanya tombol MSR, memungkinkan kita
untuk setting dua mode yang berbeda.
2.5.3.
Pengukuran
poligon dan perekaman data
Langkah-langkah awal yang dilakukan
dengan alat survey theodolit total station nikon DTM 322 adalah sebagai berikut
:
1.
Set-up alat
Lakukan set-up alat seperti yang
sudah dijelaskan pada point 2.51 yaitu melakukan centering sampai setimbang
sehingga alat siap untuk digunakan baik untuk theodolit total station maupun
kedua prisma nya.
2.
Membuat job
Untuk membuat joob pengukuran yaitu
dengan cara tekan tombol MENU pilih JOB tekan ENTER lalu pilih CREATE dan
masukan nama job.
3.
Mencari sudut azimuth pendekatan dengan
kompas
a. Pasang
kompas diatas alat Theodolit.
b. Putar
alat secara horizontal ( ke kanan atau ke kiri )sehingga teropong menghadap ke
arah “utara” yang disesuaikan dengan arah utara pada kompas kemudian kunci
alat.
c. Bacaan
sudut horizontal di alat ( HA ) di buat menjadi 0 (nol) dengan cara tekan
tombol “ANG” kemudian pilih 0 set.
d. Setelah
bacaan sudut horizontal menjadi 0 (nol), putar teropong ke arah backsight
(misal titik 1) Serta bdik backsight,kemudian kunci alat.
e. Maka
bacaan horizontal yang ditampilkan dialat tersebut itu adalah sudut azimutnya,
kemudian kita catat bacaan sudutnya.
f. Memasukan
koordinat tempat berdiri alat.
4.
Memasukan koordinat tempat berdiri alat
Untuk memulai pengukuran, masukan tinggi alat dan
koordinat tempat berdiri alat.
Untuk memasukan koordinat tempat terdiri alat yaitu dengan cara :
a. Tekan
tombol STN (tombol nomor 7).
b. Untuk
memasukan koordinat tempat berdiri alat kita pilih KNOWN atau tekan tombol 1.
c. Maka
untuk selanjutnya kita diminta untuk memasukan nomor titik dan koordinat STN (
koordinat X, Y, Z ) tempat berdiri alat,
serta kode nya. Kode dapat berupa BM, Patok , dll. Kode ini boleh diisi
atau dikosongkan.
5.
Memasukan Backsight ( BS)
Setelah koordinat tempat berdiri
alat dimasukan, maka secara otomatis dari alat akan meminta untuk memasukan
informasi backsigt (BS) informasi dapat berupa:
a. Informasi
koordinat backsight.
b. Informasi
azimut dari titik koordinat berdiri alat ke titik Backsight.
Karena
kita melakukan pengukuran awal, yang kita ketahui adalah sudut dalam hal ini
sudut yang dimaksud adalah besar sudut azimuth (sudut arah jurusan terhadap
utara) yang sudah diperoleh dengan pendekatan penunjukan jarum kompas dan data
ini sudah dicatat sebelum nya. Untuk memasukan bacaan sudut, kita tekan tombol
no 2 atau dengan panah keatas/kebawah kita pilih angle. Masukan nilai sudut
azimuth nya, misal diketahui azimuth 1350 25’05’’ maka penulisan
dialat 135 2505.
6.
Melakukan Pengukuran Foresight
Putar teropong dan arahkan ke titik
3 bidik, kemudian lakukan pengukuran dengan cara menekan tombol MSR1, kemudian
tekan tombol ENT untuk merekam data.
7.
Pindah alat ke titik selanjut nya (titik
3)
Posisi alat beridri di titik 3,
sedangkan backsight dititik 2 dan foresight dititik 4. Langkah yang dilakukan
sama dengan langkah no 3 (mencari sudut azimuth pendekatan dengan kompas) .
Langkah no 4 ( memasukan koordinat tempat berdiri alat) dan langkah no 5 ( memasukan
backsight) yang berbeda pada saat melakukan pengukuran backsight, yang kita
inputkan adalah koordinat backsight. Koordinat backsight ini di peroleh dari
hasil pengukurran pada saat kita berada di titik 2.
2.5.4. Pengukuran
detail
Sebelum melakukan pengukuran detail,
kita juga perlu untuk menginput STN dan juga BS. Prosedur pengukuran nya juga
harus kita jalani dulu seperti set-up alat dan centering. Berikut adalah
langkah-langkah yang dilakukan untuk melaakukan pengukuran detail.
1.
Membuat job
Untuk membuat joob pengukuran yaitu
dengan cara tekan tombol MENU pilih JOB tekan ENTER lalu pilih CREATE dan
masukan nama job.
2.
Memulai pengukuran
a. Memasukan
koordinat berdiri alat (STN)
Masukan tinggi alat dan koordinat
tempat berdiri alat. Untuk memasukan koordinat tempat berdiri alat yaitu dengan
cara tekan tombol STN lalu pilih KNOWN
kemudian masukan informasi titik STN seperti nilai x,y,z dan tinggi prisma.
b. Memasukan
Backsight (BS)
Setelah koordinat tempat berdiri
alat dimasukan , maka secara otomatis dari alat akan meminta untuk memasukan
informasi Backsight (BS) dan tinggi prisma.
c. Melakukan
pengukuran detail
Setelah memasukan koordinat tempat
berdiri alat dan informasik backsight selesai dilakukan, maka selanjutnya dapat
dilakukan pengukuran titik detail yang diinginkan. Dengan cara yaitu :
·
Arahkan teropong ke posisi prisma
detail, kemudian tekan tombol MSR
·
Untuk menyimpan datamya tekan ENTER.
·
Kemudian tekan ENTER, sehingga data akan
tersimpan atau terekam dalam alat.
·
Setelah tersimpan otomatis no point akan
berubahh/naik satu.
·
Lakukan pengukuran dan perekaman untuk
titik-titik detail seperti prosedur diatas.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
Pengukuran
3.1.1.
Data
Backsight
Tabel
3.1 Data Backsight
PENGUKURAN
|
HA (s)
|
HA
|
VA
|
SDX
(m)
|
X
|
Y
|
Z
|
|||
1
|
238031’38’’
|
238031’39’’
|
89054’38’’
|
5,56
|
1997,10
|
1945,26
|
200,03
|
|||
HT
= 1,30
|
HI
= 1,32
|
|||||||||
2
|
305000’04’’
|
58032’29’’
|
89035’40’’
|
5,79
|
2000,12
|
2000,20
|
199,90
|
|||
HT
= 1,35
|
HI
=1,33
|
|||||||||
3
|
340036’46’’
|
238033’40’’
|
89053’48’’
|
5,15
|
1997,43
|
1995,81
|
199,85
|
|||
HT
=1,26
|
HI
= 1,31
|
|||||||||
4
|
48041’12’’
|
58030’08’’
|
90032’36’’
|
5,51
|
2000,31
|
2000,51
|
199,67
|
|||
HT
= 1,31
|
HI
=1,35
|
|||||||||
5
|
85013’24’’
|
238030’07’’
|
90000’02’’
|
5,01
|
1997,69
|
1996,24
|
199,44
|
|||
HT
=1,33
|
HI
= 1,30
|
|||||||||
6
|
141053’27’’
|
58028’04’’
|
91003’29’’
|
5,61
|
1997,44
|
1995,84
|
198,86
|
|||
HT
=1,26
|
HI
= 1,31
|
|||||||||
7
|
200012’34’’
|
238026’38’’
|
90035’32’’
|
5,61
|
1997,44
|
1995,84
|
198,86
|
|||
HT
= 1,28
|
HI
=1,31
|
|||||||||
10. Data untuk mencari sudut HA dan VA
d.
Pengukuran 1
HA = 238031’39’’ VA = 89054’38’’
= 2380 +
+
=
890
+
+
= 2380 + 0,52
+ 0,63 = 890
+ 0,9 + 0,63
= 239,150 =
90,530
= 2390 =
90,530
e.
Pengukuran 2
HA = 58032’29’’ VA = 89035’40’’
= 580 +
+
=890
+
+
=580 + 0,53 +
0,48 = 890
+ 0,58 + 0,67
= 59,010 =
90,250
=590 = 90,250
f.
Pengukuran 3
HA = 238033’40’’ VA = 89053’48’’
= 2380 +
+
=
890
+
+
=2380 + 0,55
+ 0,67 = 890
+ 0,83+ 0,8
=239,220 =
90,630
=2390 =
90,630
g.
Pengukuran 4
HA = 58030’08’’
VA = 90032’36’’
= 580 +
+
=900
+
+
= 580
+ 0,53 + 0,13 =
900
+ 0,53 + 0,6
=58,660 =
91,130
=590 =
910
h.
Pengukuran 5
HA =
238030’07’’ VA = 90000’02’’
= 2380 +
+
= 900
+
+
= 2380 + 0,53 + 0,01 = 900
+ 0 + 0,03
= 238,540 =
90,030
= 2380 =
900
i.
Pengukuran 6
HA =58028’04’’ VA = 91003’29’’
= 580 +
+
=
910
+
+
= 580 + 0,47 +
0.7 = 910
+ 0,50 + 0,48
= 59,170 =
91,980
=590 = 920
j.
Pengukuran 7
HA = 238026’38’’ VA = 90035’32’’
= 2380
+
+
=
900
+
+
= 2380
+ 0,43 + 0,63 =
900
+ 0,58 + 0,53
= 239,060 =
91,110
= 2390 =
910
3.1.2.
Data
Foresight
Table
3.2 Data Foresight
PENGUKURAN
|
HA (s)
|
HA
|
VA
|
SDX
(m)
|
X
|
Y
|
Z
|
|||
1
|
|
128016’38’’
|
89000’25’’
|
5,86
|
1996,37
|
2004,69
|
199,97
|
|||
HT
= 1,45
|
HI
= 1,32
|
|||||||||
2
|
|
275021’58’’
|
89005’38’’
|
5,11
|
1997,58
|
1990,17
|
199,83
|
|||
HT
= 1,46
|
HI
=1,33
|
|||||||||
3
|
|
123004’18’’
|
88039’00’’
|
5,53
|
1997,10
|
2004,83
|
199,80
|
|||
HT
=1,43
|
HI
= 1,31
|
|||||||||
4
|
|
275042’22’’
|
87048’07’’
|
5,03
|
1997,93
|
1990,81
|
199,71
|
|||
HT
= 1,51
|
HI
=1,35
|
|||||||||
5
|
|
11405’01’’
|
87035’11’’
|
5,11
|
1998,16
|
2005,14
|
199,55
|
|||
HT
=1,48
|
HI
= 1,30
|
|||||||||
6
|
|
293009’24’’
|
86031’47’’
|
5,57
|
1999,88
|
1991,13
|
199,32
|
|||
HT
=1,62
|
HI
= 1,31
|
|||||||||
7
|
|
9018’36’’
|
86035’02’’
|
5,51
|
1999,59
|
2006,06
|
198,06
|
|||
HT
= 1,67
|
HI
=1,31
|
|||||||||
3.2.
Hasil
Perhitungan
3.2.1.
Poligon
Tertutup
1.
Skala
Skala =
=
=
2.
Luas
Tabel 3.3 Jumlah
Titik
Titik
|
X
|
Y
|
1
|
-0,5
|
-0,3
|
2
|
-1
|
-0,1
|
3
|
-1,2
|
0,4
|
4
|
-0,7
|
0,8
|
5
|
-0,2
|
0,8
|
6
|
0,1
|
-0,2
|
7
|
-0,5
|
-0,3
|
1
|
-0,5
|
-0,3
|
L =
2y1 + x3y2
+ x4y3 + x5y4 + x6y5
+
x7y6
+ x1y7 ) – ( x1y2 + x2y3
+ x3y4 +
x4y5 +
x5y6
+ x6y7 + x7y1
=
+(
-1,2 x -0,1) + (-0,7 x 0,4 ) + (-0,2 x 0,8 ) + ( 0,1 x0,8)
+ ( 0,1 x 0,4 ) +
( -0,5 x -0,2 ) – ( -0,5 x -0,1) + ( -1 x 0,4 ) + ( -1,2 x 0,8 ) + (
-0,7 x 0,8 ) + ( -0,2 x 0,4 ) + ( 0,1 x -0,2 ) +
( 0,1 x -0,3
=
+
0,12 – 0,28 – 0,16 + 0,08 + 0,04 + 0,1) – ( 0,05 – 0,4 - 0,96 –
0,56 - 0,08 – 0,02 – 0,03
=
-
( -2
=
= 1,02 cm2
L (seluruhnya ) = L ( gambar ) x ( penyebut skala
)2
=
1,02 cm2 x ( 1000 )2
= 1,02 cm2 x
1.000.000
=
1.020.000 cm2
= 102,0 m2
3.
Keliling
K = ( 1-2 ) + ( 2-3 ) + ( 3-4) + ( 4-5 ) + ( 5-6
) + ( 6-7 ) + ( 7-1 )
= 0,6 + 0,6 + 0,5 + 0,6 + 0,5 + 0,5 + 0,6
= 3,9 cm
K
( seluruhnya) = K (gambar)
x penyebut skala
= 3,9 cm x 1000
= 3900 cm
= 39 m
3.2.2.
Poligon
Terbuka
1.
keliling
K = ( 1-2 ) + ( 2-3 ) + ( 3-4) + ( 4-5 ) + ( 5-6
) + ( 6-7 ) + ( 7-1 )
= 0,6 + 0,6 + 0,5 + 0,6 + 0,5 + 0,5 + 0,6
= 3,9 cm
K
( seluruhnya) = K (gambar)
x penyebut skala
= 3,9 cm x 1000
= 3900 cm
= 39 m
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
3.
Ilmu ukur tanah adalah
cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari sebagian kecil dari permukaan
bumi dengan cara melakukan pengukuran- pengukuran guna mendapatkan peta.
4.
Sejarah ilmu ukur tanah
berasal dari timbul ya persengketaan batas lahan yang terdapat di Sungai Nil
sejak zaman mesir kuno akibat adanya banjir, oleh karen itu dibuat lah sebuah
metode pengukuran dengan menggunaka tombak untuk memetakan luas lahan setiap
penduduk.
5.
Orang yang bertugas
melakukan pengukuran tanah disebut dengan surveyor.
6.
Adapun tugas surveyor
adalah analisa penelitian dan pengambilan
keputusan, pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, menghitung atau pemrosesan data, pemetaan atau penyajian data, dan pemancangan.
7.
Poligon adalah serangkaian titik-titik
yang dihubungkan dengan garis lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk
sebuah rangkaian (jaringan) titik atau poligon.
8.
Poligon terbagi dua yaitu poligon
tertutup dan poligon terbuka.
9.
Pengukuran dalam Ilmu Ukur Tanah dapat
dibedakn menjadi 2 yaitu geodetic
surveying dan plane surveying.
10. Alat-alat
yang digunakandalam pengukuran tanah yaitu Theodolit, payung, prisma detil,
prisma poligon, kaki tiga, kayu, pita ukur, meteran, kompas, nivo tabung dan
martil.
11. Pada
praktikum Ilmu Ukur Tanah ini diketahui luas taman dari mesjid jami’ sesuai
dengan titik yang ditentukan, pengukuran menggunakan alat yang canggih daripada
yang lain nya yaitu theodolite.
4.2.
Saran
1.
Diharapkan mahasiswa lebih serius dalam
menjalan kan praktikum ilmu ukur tanah dengan tidak pernah terlambat dan selalu
antusias dalam proses praktikum baik itu di laboratorium ataupun dilapangan.
2.
Agar theodolite nya tidak hanya satu
yang berada dilaboratorium .
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.Alat Ukur Tanah.(online).http://dekadisingaraja.blogspot.co.id diakses
pada
tanggal 12 April 2018.
Anonim.2012.Sejarah
Ukur Tanah.(online).https://surveyorblora.blogspot.co.id diakses
pada
tanggal 10 April 2018
diakses pada tanggal 11
April 2018.
Arifin, Zainal. 2009. Ilmu Ukur Tanah Surveying. (online).http://teorikuliah.blogspot.co.id
diakses pada tanggal 10 April 2018.
Bismi, Rahmil.2015.Sejarah Ilmu Ukur tanah.(online).https://rahmilbismi.wordpress.com
diakses pada tanggal 10 April 2018.
diakses
pada tanggal 11 April 2018.
Lampiran dokumentasi
alat
Gambar
prisma detail Gambar
prisma poligon
Gambar theodolit Gambar
nivo tabung
Gambar
pita ukur Gambar
meteran
Gambar
unting-unting Gambar
tripod
Gambar
gelembung penyeimbang Gambar
kompas
Gambar
patok kayu Gambar
payung
Lampiran
dokumentasi kegiatan
1.
Melakukan pemasangan patok kayu ke dalam tanah untuk menjadi titik
pengukuran, tetapi setiap pemasangan titik harus terlebih dahulu di ukur jarak
antar titik secara manual dengan menggunakan pita ukur.
Gambar proses
pengukuran titik dengan menggunakan pita ukur
2.
Setalah lahan yang akan diukur sudah
ditentukan dengan patok kayu, lalu mulai meletakan tripod yang akan dipasang
kan oleh theodolit.
Gambar pemsangan
theodolit ke tripod
3.
Untuk melakukan pengukuran harus
melakukan penyimbangan alat yang dapat dilihat dari nivo tabung dan gelembung
penyimbang, proses penyeimbangan bisa dengn cara menggerakan tripod.
Gambar proses
penyeimbangan alat dengan menggerakan tripod
4.
Setelah proses penyeimbangan selesai,
memastikan arah utara dengan menggunakan kompas.
5.
Lalu mulai mengukur tinggi theodolit dan
prisma detil dengan menggunakan pita ukur
Gambar proses
pengukuran tinggi alat
6.
Lalu berdirikan prisma detil dititik
lain nya
Gambar
mendirikan prisma detail ke titik lain nya
7.
Mulai mengarahkan theodolit kearah
prisma detail
Gamabar dimulai
nya pengukuran theodolit ke prisma detil
8.
Setelah pengukuran ke prisma detil, lalu
theodolit diarahkan ke prisma poligon.
Gambar prisma
poligon
9.
Kegiatan pengukuran dilakukan secara
berulang ulang sampai theodolit kembali lagi ke posisi awal, ketika melakukan pengukuran
sebaik nya theodolit dilindungi dengan menggunakan payung.
Gambar
penggunaan payung untuk melindungi alat
Comments
Post a Comment